Works > Su-Bodys (2021)
Works > Su-Bodys (2021)
Demonstrations are not taboo in Indonesian society. Almost every week, student and non-student activists, both male and female, participate in demonstrations. Through observation, I discovered that these actions are primarily aimed at demanding justice from the local government. However, in a practical political context, demonstrations have become something that must be sustained and even financed by certain government elements to create unrest that appears to stem from the community's and students' critical power. Su-Bodys is the result of my research into the relationship between the brain (mind-logic), emotions, and their subsequent reactions in the body. From this investigation, I found a tug-of-war (negotiation) between these three elements. Emotions arise when the brain processes or digests the issues being protested. As emotional stimulation begins, the body slowly starts to react, leading to demonstrations. This work is rooted in my four-year experience as a student activist, exploring how the brain, emotions, and body interact during my participation in various demonstrations.
PRODUCTION TEAM
Choreographer
Dekjall
Aksi demontrasi bukan hal yang tabu didalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir setiap minggu aksi demonstrasi dilakukan oleh beberapa aktivis mahasiswa dan non mahasiswa baik yang perempuan maupun laki-laki. Melalui sebuah pengamatan, saya menelusuri jika aksi yang dilakukan hanyalah untuk menuntut keadilan yang harus dipenuhi oleh pemerintah setempat. Namun dalam konteks politik praktis, aksi demonstrasi sudah menjadi sesuatu yang harus dipelihara bahkan dibiayai oleh beberapa oknum pemerintah supaya munculnya gejolak-gejolak yang seakan lahir dari daya kritis masyarakat dan mahasiswa. Su-Bodys merupakan hasil riset saya dalam upaya melihat bagaimana relasi antara cara kerja otak (logika-pikiran) dan emosional sehingga munculnya aksi reaksi terhadap tubuh. Dari cara kerja tersebut saya menemukan jika terjadi tarik menarik (negosiasi) antara ketiganya. Emosional hadir ketika rangsangan dari otak berkerja atau mencerna isu yang sedang didemontrasi. Ketika rangsangan emosional mulai berkerja, tubuh secara perlahan mulai muncul aksi reaksi untuk melakukan aksi demonstrasi. Karya ini berangkat dari pengalaman saya selama 4 tahun menjadi aktivis mahasiswa, dalam menyadari bagaimana cara kerja otak, emosional dan tubuh ketika saya mengikuti beberapa aksi demonstrasi.
TIM PRODUKSI
Koreografer
Dekjall